Perjalanan Sukses Pengusaha Bengkel
Memulai suatu usaha tidaklah gampang, tapi juga tidak
mustahil untuk sukses. Asal ada tekad dan kemauan kuat, pasti suatu saat akan berhasil.
Stanly Erungan (40 tahun), seorang anak petani dari Manado membuktikan hal itu.
Kini, Stanly sukses menjadi pengusaha bengkel mobil dengan omzet
di atas Rp 1 miliar per bulan. Tekad menjadi pengusaha sudah muncul saat ia
masih bekerja di sejumlah perusahaan besar, seperti Astra. Stanly sudah bekerja
di Astra sejak lulus dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung tahun 1996. Di
Unpad, ia mengambil jurusan komputer, khususnya bidang informasi teknologi. Lama
bekerja di Astra, anak ketiga dari empat bersaudara ini sudah menduduki posisi
penting di perusahaan itu. Namun, tekadnya yang kuat untuk menjadi pengusaha,
tidak menghalangi niatnya untuk terjun ke dunia bisnis. “Sejak dulu, saya sudah
menargetkan bahwa pada usia menjelang 40 tahun harus mendirikan usaha sendiri,”
katanya.
Begitu keluar dari Astra pada 2001, Stanly tidak langsung
terjun kedunia bisnis dan mendirikan usaha sendiri. Saat itu, ia sempat bergabung
dulu di salah satu perusahaan oli di Jakarta. Di perusahaan ini, ayah dua anak ini
semakin memiliki jaringan yang kuat di dunia otomotif. Saat itu, ia rutin
memasok oli ke sejumlah pengusaha truk, bus, dan kendaraan lainnya. “Saya
akhirnya memiliki banyak kenalan,” kata suami dari Maria Natalia ini.
Bermodal jaringan itu, pada 2008, Stanly lantas memilih
keluar dari perusahaan oli dan fokus mengelola bengkel mobil di bawah bendera usaha
PT Mitra Jaya Agung Motor yang bermarkas di Cikokol, Tangerang, Banten. Stanly mengembangkan usaha bengkel ini dengan merek Mitra Service
Car (MSC). Bisnis bengkel sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2007, saat ia
masih di perusahaan oli. “Namun, saat itu yang saya dirikan usaha bengkel motor,”
ujarnya.
Setelah dua tahun berjalan, bengkel motor itu kemudian
dijualnya pada 2009. Setelah itu, ia focus membesarkan usaha bengkel mobil miliknya.
Selain bengkel, ia juga menyediakan aneka onderdil mobil dengan merek sendiri,
yakni AQ Genuine.
“Saya beri nama AQ yang artinya kualitas nomor satu,”
ujarnya. Onderdil yang dipasarkannya kebanyakan khusus buat bus dan truk. Di
bisnis ini, ia juga memberikan layanan perawatan onderdil. Dengan begitu,
pelanggan tidak lagi pusing jika butuh perawatan dan penggantian onderdil kendaraannya.
Berkat usahanya ini, Stanly bisa meraup omzet di atas Rp 1 miliar per bulan.
Selain menjual onderdil dengan merek sendiri, Stanly juga mengimpor
onderdil kendaraan lain yang umumnya berasal dari Eropa. Setelah merasa mantap
dengan perkembangan usahanya, pada tahun 2012, ia resmi membuka peluang usaha
waralaba. Saat ini, ia telah memiliki enam gerai MSC, dan lima di antaranya
milik terwaralaba.
Sebelum sukses membesarkan usaha bengkel mobil dengan merek Mitra
Service Car, Stanly Erungan pernah bekerja di sejumlah perusahaan besar. Salah
satunya di Grup Astra. Di perusahaan ini, Stanly pernah menangani bagian
penjualan. Lepas dari Astra, ia kemudian bergabung di sebuah perusahaan oli
terkemuka di Jakarta.
Di perusahaan oli ini, Stanly menjabat sebagai manajer pengembangan
bisnis. Di posisi ini, ia bertanggung jawab, mulai rekrutmen karyawan baru
sampai presentasi kondisi perusahaan. Bahkan, ia juga diserahi tugas menarik
pelanggan. Ia pun kerap memasok oli ke sejumlah perusahaan besar, khususnya
pengelola bus, travel, dan truk. Dengan pekerjaan itu, relasi yang dimiliknya
di sector otomotif semakin kuat.
Pengalaman itu membuat wawasan dunia pemasarannya semakin
luas. Kendati menempati posisi penting, keinginan yang kuat untuk memiliki usaha
sendiri mendorong Stanly untuk mengundurkan diri dari perusahaan itu.
Pada 2008, Stanly mulai merintis usaha bengkel dan onderdil
mobil. Berbekal pengalaman kerja di perusahaan terkemuka, tekadnya untuk
membesarkan usaha sendiri semakin kuat. Bisnis bengkel mobil ini merupakan kelanjutan
dari bisnis bengkel motor yang sudah dirintisnya sejak 2007. Namun, karena
prospeknya kurang bagus, pada 2009, ia menjual bengkel motor itu. Sejak itu, ia
fokus membesarkan usaha bengkel mobil. Kini, omzetnya sudah lebih dari Rp 1
miliar per bulan. Saat awal merintis usaha, Stanly langsung mendekati
relasi-relasi yang dimilikinya, seperti pengelola bus, travel, dan truk untuk
diajak bekerjasama. Dengan pengalaman dan latar belakang yang dimilikinya, tak
sulit bagi Stanly untuk meyakinkan para relasinya itu.
Mirip dengan yang dilakukannya saat masih bekerja di
perusahaan oli, Stanly pun memasok aneka onderdil sekaligus jasa perawatannya
ke sejumlah pool bus, travel, dan truk milik pelanggannya. Ketika pelanggan
membutuhkan onderdil tertentu, ia tinggal mengambil barang milik Stanly yang sudah
ditaruh di tempat mereka. Cara ini termasuk efektif dan efisien ketimbang baru
menyediakan onderdil ketika pelanggan membutuhkannya. Setiap bulan, konsumen
tinggal membayar pemakaian onderdil itu. Stanly juga menyediakan jasa servis di
setiap pool milik pelanggan.
“Jadi, mulai proses penyediaan onderdil sampai servis, kami menyediakan
semua,” kata Stanly. Stanly bilang, kunci sukses strategi pemasaran ini
terletak pada kreativitas yang dikembangkan terus menerus. Tanpa kreativitas pemasaran,
pelayanan prima, dan didukung oleh produk berkualitas, bisnis sulit berkembang.
Selain itu, untuk menjaga kepuasan pelanggan, Stanly membuat system layanan
servis secara online di setiap bengkelnya.
Dengan cara ini, ia bisa memantau seluruh proses perawatan kendaraan
di setiap bengkel miliknya, mulai pada proses pengecekan jumlah kendaraan yang sedang diperbaiki,
kinerja montir, hingga harga yang harus dibayar konsumen. Kendati telah sukses membesut usaha bengkel dan onderdil
mobil di bawah bendera Mitra Service Car (MSC), insting dan naluri bisnis Stanly
Erungan tidak juga surut. Terbukti, ia masih terus ekspansi dengan merambah
bisnis baru. Tahun lalu, misalnya, Stanly merintis usaha rental atau penyewaan
mobil. Bisnis rental mobil ini memang masih skala kecil karena ia baru
mengoperasikan tiga unit mobil.
Ke depan, Stanly bertekad terus menambah armada mobilnya ini.
Kendati masih fokus membesarkan bisnis rental mobil, dia mengaku masih akan
melanjutkan ekspansi dengan merambah sektor-sektor lain yang menjanjikan
peluang dan keuntungan.
Salah satu yang diliriknya adalah bisnis jasa ekspedisi
pengiriman barang. Ia berencana mendirikan usaha ekspedisi tahun ini juga. Salah
satu alasannya masuk bisnis ini adalah keinginan untuk melancarkan proses
pengiriman logistik dari perusahaan onderdil miliknya. Selama ini, ia kerap kesulitan melakukan pengiriman barang, terutama
pada malam hari atau pada saat musim liburan. Berangkat dari kesulitan itu, ia
melihat peluang di bisnis ekspedisi. Stanly menargetkan, perusahaan ekspedisi
tersebut sudah berdiri paling lambat akhir tahun 2013.
Soal perkiraan biaya investasi, ia mengaku masih
menghitungnya. “Tapi, kami perkirakan butuh modal kurang lebih Rp 50 miliar
untuk membangun perusahaan logistic ini,” ujarnya. Lantaran butuh biaya besar,
Stanly tidak akan merintis usaha ini sendirian.
Ia sudah menggandeng sebuah perusahaan yang akan mendanai seluruh
kebutuhan pendirian perusahaan tersebut. Stanly sendiri bakal menjadi pengelola
bisnis tersebut. “Jadi, investor yang akan masuk hanya menyertakan modal,” ujarnya.
Stanly akan mengembangkan usaha ini menjadi terintegrasi dengan bisnis onderdil
dan bengkel miliknya. Dengan adanya perusahaan ekspedisi, ia bisa leluasa
melayani pesanan pelanggan dan mitranya di sejumlah wilayah. Dalam mengelola
usaha ini, Stanly juga akan membuka layanan selama 24 jam penuh, bahkan tidak
ada hari libur dalam setahun. Strategi ini diharapkan bisa memuaskan seluruh
pelanggannya, baik pengguna jasa ekspedisi maupun konsumen pengguna onderdil
dan bengkelnya. “Dengan demikian, kami bisa memberikan pelayanan lebih kepada
pelanggan,” ujarnya. Stanly optimistis, seluruh unit usahanya ini kelak akan
menjadi besar dan saling terintegrasi satu sama lain. Kendati berencana merambah
bisnis lain, Stanly tetap berambisi membesarkan bisnis bengkel dan onderdil
mobilnya.
Di bisnis ini, ia berharap jaringan bengkel MSC bisa
merambah pelbagai kota di Indonesia. Selain lewat jalur waralaba atau kemitraan,
ia juga bakal mengembangkan usaha bengkelnya dengan menggandeng pemerintah daerah.
“Kami akan menawarkan jasa perawatan dan penjualan onderdil untuk kebutuhan kendaraan
dinas di daerah -daerah,” bebernya. Lewat kerjasama itu, Stanly menjamin banyak
manfaat yang didapat pemerintah. Salah satunya dapat menekan anggaran biaya pemeliharaan
mobil dinas. Dengan sistem online yang dikembangkannya, setiap pemerintah
daerah yang menggunakan jasa bengkelnya bisa memantau seluruh proses perawatan
kendaraan dinas. Dengan begitu, setiap bagian administrasi daerah bisa mengetahui
berapa jumlah anggaran dan pengeluaran bulanan buat perawatan kendaraan dinas, sekaligus
mengendalikannya.
Sumber : kontan
Labels:
kisah kisah
Tidak ada komentar: