Roihatul Jannah Inovator Boncengan Anak
Kesulitan memperoleh alat pengaman untuk membonceng anak
dengan sepeda motor, justru melahirkan ide kreatif dari ibu dua anak ini.
Berbekal tekad dan keberanian untuk mencoba, produk rancangan yang dinamai
"Helmiat Bonceng Bocah" ini pun perlahan tapi pasti memikat konsumen
dari Sumatera hingga Papua.
Roihatul Jannah (29) sungguh tak menyangka, setelah terpilih
menjadi salah satu pemenang Shell LiveWIRE Business Start-Up Award 2008, pada
11 April lalu, cita-citanya lamanya merambah dunia wirausaha tercapai juga.
Ditemui di bengkel kerjanya di kawasan Cimanggis, Jumat,
(19/9) perempuan yang akrab disapa Iat ini pun bercerita tentang usahanya yang
ia rintis sejak akhir tahun lalu.
Bagaimana ceritanya sampai lahir ide Bonceng Bocah ini?
Awalnya ketika anak saya yang sudah beranjak usia pra
sekolah, selalu saya bonceng dengan sepeda motor. Dan kebiasaan anak saya kalau
dia di motor selalu tidur. Mau tidak mau saya berpikir bagaimana caranya biar
anak saya safety di motor.
Pertama-tama saya cari alat pengaman untuk anak di toko-toko
sepeda motor di Depok, Jakarta, tapi saya tidak menemukan. Dulu saya suka minta
tolong Budenya untuk menjaga di boncengan belakang. Tapi, itu bukan solusi
karena kalau suatu hari Bude enggak bisa ikut ngantar, bagaimana?
Kebetulan memang saya ada bakat desain, dari SD saya juga
suka desain baju sendiri. Kalau saya mau pesan meja atau kursi juga saya desain
sendiri. Akhirnya, saya cobalah itu mendesain boncengan anak. Saya lihat di
motor, kira-kira alat ini bisa dipasang di bagian yang mana. Ternyata ada
peluang. Lalu saya minta tolong ke bengkel las. Desainnya seperti ini, bahan
dari stainless. Tapi kan harus ada bantalannya, biar enak. Awalnya sederhana
saja.
salah satu produknya |
Lalu, kalau anak ngantuk nanti bagaimana? Saya pakai
gendongan bayi yang ada sabuknya, sehingga bisa diikatkan ke badan saya.
(Proses desain) Itu bertahap ya. Terus kalau saya mengantarkan anak ke sekolah,
banyak yang tertarik. Kalau berhenti di lampu merah, suka ditanya "Bu, beli
dimana,". "Enggak saya bikin," Lalu saya pikir kenapa ini tidak
menjadi peluang bisnis saya. Akhirnya saya bikin brosur, disebarkan ke
teman-teman.
Anda sempat ikut kompetisi juga ya?
Waktu itu ada ajang yang disponsori Shell untuk menggugah
semangat enterpreuner di kalangan mahasiswa, sebagai alternatif karier setelah
lulus. Kemudian saya ditawari formulir lomba di ajang tersebut, saya tertarik
karena itu sifatnya start up, untuk yang benar-benar baru mulai. Alhamdullilah
saya lolos semua tahap seleksi sampai ke final. Ini Membuat saya tambah
semangat. Lalu saya terpikirkan untuk bikin bengkel sendiri.
( Modal Iat membuka bengkel diperolehnya dari hadiah
kompetisi sebesar Rp 20 juta dan bantuan orang tua).
Produk terlihat nyaman |
Sudah berapa lama bengkel ini berdiri?
Bengkel ini baru jalan dulu bulan. Dulu sebelum ada bengkel
pernah dibuat profilnya oleh SCTV. Nah, setelah tayang handphone saya pernah
seharian enggak mati-mati, karena diteleponin yang mau pesan. Pas nganter anak
sekolah saja (jarak dari rumah ke sekolah anak kurang lebih 20 menit), itu ada
miscall dari 14 nomor yang berbeda. Itu melatih saya untuk "Oh, oya
sekarang saya mulai menapak bisnis ini".
Berapa unit yang diproduksi?
Itungannya seminggu, sekitar jadi 50 unit. Dari yang bengkel
sendiri, belum termasuk bengkel orderan. Harga jual Rp 250.000/unit. Saya
enggak mau nurunin harga dengan nurunin kualitas. Kami pakai bahan stainless
steel.
(Iat menyesuaikan boncengan dengan jenis sepeda motor
konsumennya. Soal warna dan gambar pada bantalan boncengan juga disesuaikan
apakah si anak perempuan atau laki-laki)
Pemasaran dilakukan sendiri?
Saya juga punya distributor. Target pertama untuk
distributor 50 unit. Nanti tahap berikutnya mau naik, supaya ke depannya jangan
sampai orang yang mau beli di distributor, enggak ada barangnya. Distributor,
dalam tahap penjajakan ada di Medan, Surabaya, Jakarta. Kalau pengiriman barang
sudah sampai ke Lampung, pekan baru, palembang, padang, Samarinda, Balikpapan,
Pare-pare, Bali, NTB, NTT, Ambon, Papua.
( Malahan, ada konsumennya, warga Indonesia yang memesan
dari Jerman. Iat pun memiliki website sendiri untuk berpromosi, yaitu
www.helmiat.com)
Sebelum punya bengkel sendiri, produksinya seperti apa?
Kerja sama dengan bengkel las yang dulu pertama saya minta
tolong. Tapi dengan perjanjian bermaterai, jadi kalau ada yang pesan harus
melalui saya dulu.
(Saat ini Iat memiliki enam orang karyawan, seorang di
administrasi, seorang di bagian pekerjaan umum, yang lainnya di bagian perakitan.
Selain itu, juga ada karyawan part time. Tak jarang, Mahasiswa Berprestasi
Universitas Indonesia tahun 2002 ini pun membagi order ke bengkel tetangga)
Bagaimana pembagian kerja di bengkel?
Sift pagi jam 8, sampai sore jam lima atau 6. Untuk malam
part time, selama Ramadhan mulai jam 8 sampai 11. Bukan bulan ramadhan mulai
jam 7. Selesainya kadang-kadang sampai jam setengah 12 malam. Saya kan
borongan, yang penting targetnya tercapai.
Pengaturan waktu?
Ngontrol di bengkel bisa pagi setelah pulang nganter anak
sekolah. Siang jemput anak, nyiapin keperluan anak-anak, terus kalau memang
diperlukan, sore balik lagi ke bengkel. Malamnya datang, bada Isa, tapi saya
enggak nunggu sampai selesai.
Dari pernikahannya dengan Helmi Wahyudin, Iat telah dikaruniai
dua orang anak, yaitu Mohammad Fathan Izzudin (5) dan Hasnah Imaratuzahran (4).
Nama Helmiat sendiri merupakan gabungan nama Iat dan suaminya.
Suka ngajak anak ke bengkel?
Jarang. Soalnya rawan. Saya suruh pakai masker, mereka suka
enggak mau. Kan ada debu-debu logam. Tapi saya untuk karyawan juga sebenarnya
udah menyiapkan masker, sarung tangan, Cuma kan kadang-kadang orang suka enggak
betah, enggak biasa.
Bagaimana dukungan suami?
Alhamdullilah keluarga mendukung. Suami saya terus terang
senang, enggak membatasi ruang gerak saya. Apalagi saya orangnya enggak mau
diem. Saya pernah pameran di Bandung, seminggu penuh dan dia enggak keberatan.
Punya role model khusus dalam bidang enterpreneur?
Orang tua sediri jadi panutan, mereka enterpreuner juga. Saya
panggilnya Umi dan Abah. Masing-masing punya bisnis sendiri. Abah bisnis
tekstil. Umi suka desain kain buat kebaya lalu, dikasih ke tukang jahit, terus
dijual. Satu kakak dan tiga adik saya sekarang bisnisnya juga tekstil seperti
Abah. Kecuali saya, lain sendiri.
(Iat merupakan putri kedua dari tujuh bersaudara. Masa kecil
hingga SMA dihabiskannya di Tegal. Setelah menamatkan SMA, Iat melanjutkan S1
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI)
Ada saran untuk yang ingin memulai usaha sendiri?
Ketika kita punya keinginan untuk sesuatu, yakin dan
lakukanlah dengan segera. Karena ketika keinginan itu tiba, itu momentum kita
untuk melakukan sesuatu. Jadi apa yang ditargetkan langsung dilakukan. Enggak
hanya dipikirkan terus. Kalau begitu, sebelum melakukan, udah pusing duluan.
Coba lakukan, supaya bisa tahu kesulitannya dimana. Ternyata setelah dicoba
enggak sesulit yang kita pikirkan.
Sumber
:http://www.ictwomen.com/profilpilihan/5/tahun/2008/bulan/12/tanggal/11/id/347/
Labels:
kisah kisah
Tidak ada komentar: