Perjuanganku Mendapatkan Anak (5)
La Haula Period
“Laa haula wa laa
quwwata illaa billaah“. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah. Itulah kalimat sakti yang saya temukan di titik
nol kehidupan saya, yang masih saya pegang sampai sekarang, dan
semoga selalu bisa saya pegang sampai akhir hayat saya.
The Best Partner
Akhir bulan Mei
2009, saat itu saya benar-benar putus asa dengan semua ikhtiar yang
saya lakukan, saya pernah bertanya kepadaNYA kenapa Dia tidak mau
melihat apa yang sudah saya lakukan??Kenapa Dia memberi orang lain
tanpa kesulitan seperti yang harus kami alami??Saya terpuruk, sangat
terpuruk sampai bertanya apakah Allah itu ada?Apakah Dia melihat apa
yang saya lakukan??Saya sempat ‘mogok’ berdoa padaNya, tapi
alhamdulillah saya beruntung punya suami yang selalu ada di sisi
saya, mengingatkan saya bahwa janganlah kita menyembahNya hanya untuk
keperluan tertentu, kita berusaha hanya karena kita memang harus
berusaha, bukan untuk menentukan hasil seperti apa yang kita mau.
Sejak saat itu suami
saya berusaha mengalihkan perhatian saya supaya tidak fokus
memikirkan anak terus, dia membelikan buku-buku bacaan yang ringan
supaya saya bisa tertawa lepas, mengajak ke bioskop kapanpun ada film
yang menarik untuk ditonton, mengajak makan di luar ke tempat makanan
apapun tanpa perlu lagi susah oleh pantangan, seperti gak boleh makan
seafood, daging kambing, dsb(pantangan makanan pada saat saya masih
terapi). Selain itu juga, suami saya mengajak ke berbagai tempat
untuk jalan-jalan, kapan saja saya mau. Terakhir-terakhir suami saya
sering ngajak jalan-jalan malam, sepulang kerja, melihat Jakarta di
waktu malam, menunjukkan betapa banyak orang-orang yang tidak lebih
beruntung dari kami, hidup di gerobak bersama beberapa orang anak
yang masih kecil-kecil bahkan ada yang masih bayi, tergeletak di
trotoar jalan dengan alas seadanya. “Begitulah hidup, ada yang
dilebihkan, ada yang dikurangi. Itulah keadilanNya!”, begitu kata
suami saya.
Sejak saat itu saya
mulai menikmati hidup saya dengan suami, atau bahkan mungkin sudah
pasrah dengan ketentuanNya, karena secara ilmu manusia(medis)
seharusnya sudah bisa hamil. Suami bilang, kalau sudah sampai
waktunya, si kecil pasti akan datang juga, tinggal menunggu waktu
yang tepat saja.
Amalan Khusus
Selama masa “Laa
Haula”, ada amalan khusus yang saya lakukan bersama suami,
diantaranya:
1. Membiasakan
sholat Dhuha
2. Melakukan sholat
Hajat
3. Memperbanyak baca
istigfar setiap selesai sholat(wajib/sunat)
4. Membaca doa:
“Rabbi habli min ladunka dzuriyatan thoyyibba innaka samiudu’a”
Khusus saya lakukan
sendiri, adalah membaca “Rabbi habli min ladunka minasholihin”
sambil mengelus perut, setiap usai sholat.
Pencerahan dari Bos
Pada saat saya
terpuruk di akhir Mei 2009 itu, saya juga mendapatkan sesuatu yang
sangat berharga, suatu “pencerahan” dari salah seorang bos saya.
Mungkin pada waktu itu beliau bisa melihat bahwa saya sedang susah
dengan urusan sulit mendapatkan keturunan, beliau menceritakan
pengalaman saudaranya yang sampai 15 tahun pernikahan baru diberi
keturunan, itupun setelah mereka melepas sesuatu yang paling mereka
cintai, sebuah cincin berlian. Beliau menasihati saya, bahwa anak
bukanlah kunci kebahagian hidup sepenuhnya, banyak pasutri yang
cekcok dan kemudian bubar justru malah setelah memiliki anak. Jadi,
saya disarankan lebih baik bersabar, menikmati dulu kehidupan berdua
dengan suami, dengan terus membenahi apa yang harus disiapkan sebelum
hadirnya anak.
Beliau mengatakan,
jangankan kita, selevel nabi saja diuji dengan kesulitan mendapatkan
keturunan, Nabi Zakaria baru diberi keturunan pada usia yang sudah
uzur dan istrinya sudah menopause. Beliau juga bercerita banyak
orang-orang yang bersedekah, niatnya hanya ingin punya anak, tapi
ternyata mereka tidak dikasih anak saja, berarti niatnya yang salah.
Dan terakhir beliau mengatakan, bahwa dari semua anaknya, tidak ada
satupun yang direncanakan, semua lahir tanpa perencanaan.
Hehe…Mantabbs, Boss!! (Terima kasih,Pak!!InsyaAllah saya akan
selalu ingat nasehatnya, semoga bapak sekeluarga selalu dalam
keberkahan)
Pencerahan dari
Pengalaman Orang Lain
Saya lupa kapan
tepatnya saya menemukan sebuah blog yang isinya tentang perjuangan
untuk mendapatkan momongan juga, dia seorang perempuan dengan masalah
yang sama seperti saya, pernah mengidap endometriosis dan memiliki
antibodi yang tinggi. Yang membedakan dia diberi kesempatan untuk
ikhtiar lewat operasi laparaskopi, kemudian inseminasio, dan terakhir
melakukan bayi tabung di negeri jiran. Semua tidak mendatangkan
hasil, dan akhirnya mereka mengadopsi anak.
Saya trenyuh
membacanya, terbayang bagaimana perasaan dia harus menerima kenyataan
seperti itu. Saya saja yang sudah berikhtiar seperti ini rasanya
berat sekali menerima kenyataan, apalagi dia. Tapi setelah itu saya
makin sadar, bahwa ikhtiar manusia bukan kunci segalanya, semuanya
tergantung IzinNya, manusia hanya memilih jalan.
Energi lain dari
dr.Tarmin
Setelah itu saya
makin tenang dalam penantian, dengan tetap semangat mencari jalan
kesembuhan dan berserah setelah ikhtiarnya selesai saya jalankan.
Sampai suatu saat saya teringat seorang teman yang kakaknya pernah
mengidap kista, dan sekarang sudah sembuh dan memiliki anak. Saya
menanyakan banyak hal tentang bagaimana usaha kakaknya bisa sembuh
tanpa operasi. Dia bercerita banyak dan menganjurkan saya menemui
seorang dokter di Bandung, namanya dokter Tarmin Soetandi, katanya
selain bisa menyembuhkan kista tanpa operasi, beliau juga ‘jagonya’
bikin orang hamil kembar.
Datanglah saya ke
sana, dan saya tidak kecewa karena bertemu dengan pasangan dokter
suami istri yang baik dan menenangkan. Pasiennya banyak, bahkan
prakteknya sampai tengah malam. Mungkin karena dokternya cukup teliti
dan care ke pasien, makanya treatment-nya jadi lama.
Pada saat sesi
konsultasi, suami saya menanyakan apa saya harus dioperasi?Dokter
Tarmin bilang bahwa penyakit saya tidak parah, ada pasiennya yang
memiliki kista di kedua ovariumnya serta ukurannya lebih besar,
sekitar 5 cm, ternyata bisa hamil alami tanpa treatment apapun.
Jadi kami disarankan
untuk bersabar saja, mencoba hamil secara alami. Kemudian
menganjurkan saya untuk menjalani diatermi. Saya jalani saja
anjurannya, meskipun kemudian saya hentikan lagi sebelum waktunya,
karena ternyata dengan diatermi pun penyakit saya bergeming di ukuran
3.3 cm. Dokter Tarmin dan istrinya memberikan kebebasan kepada kami
untuk memilih operasi atau hamil alami. Kami disarankan mencoba
program kehamilan alami dalam waktu 3 bulan, dengan mempersilakan
untuk memilih DSOG di Jakarta saja, supaya penanganannya lebih mudah.
Akhirnya saya
kembali lagi ke Jakarta, dan kembali lagi menemui dokter Taufik,
tanggal 14 September 2009, bertepatan dengan 10 hari terakhir bulan
Ramadhan. Saat itu saya mengutarakan niat saya untuk inseminasio.
Dokter Taufik menyetujui, tapi mengatakan bahwa inseminasio tidak
bisa dilakukan bulan itu, karena jadwalnya bentrok dengan libur
lebaran.
Saya ingat kata-kata
dr.Taufik saat itu: “Inseminasi tidak bisa dilakukan bulan ini,
karena rumah sakit libur. Paling akhir bulan depan. Tapi saya kasih
resepnya, penyubur dengan dosis yang rendah. Siapa tahu, nanti sel
telurnya ke luar dari 2 sisi, sehingga bayinya bisa kembar. Di
sini(BIC=Bunda International Clinic, salah satu tempat untuk
fertilisasi buatan) lagi musim kembar lho…hehe…!Sekarang banyak
dzikir aja ya, ini kan 1o hari terakhir…”
Saya kembali dengan
perasaan yang gak jelas, sempat berpikir, apakah masih ditunda lagi
dengan tidak bisa inseminasio segera? Tapi ya sudah, yang penting
sudah berusaha. Pulang dari dokter, saya mencoba menebus resep yang
seharusnya harus segera diminum karena saat itu sudah hari ke-3 haid,
seharusnya kalau mau program hamil obatnya harus sudah diminum sejak
hari pertama haid. Saya mencari ke beberapa apotek, anehnya, obat
penyubur yang diresepkan tidak ada. Akhirnya saya pasrah, mungkin
memang belum waktunya hamil. Tapi saat itu saya tetap minum spirulina
dan gamat, tujuannya hanya ingin sehat saja, tidak banyak berharap
tentang hamil.
Belajar Kehilangan
Lebaran 2009, pulang
ke Bandung, untuk berlebaran dan silaturahim dengan keluarga dan
kerabat. Saat itu ibu saya mengabari bahwa salah seorang kerabat ada
yang harus operasi kanker payudara. Saya langsung teringat spirulina
dan gamat, saya mencari informasi tentang kandungan gizi duo suplemen
tersebut. Ada banyak kesaksian yang mengatakan bahwa suplemen
tersebut bisa membatalkan orang untuk operasi atau kalaupun sudah
operasi, katanya bisa mempercepat pemulihan pasca operasi.
Saya ingin sekali
membelikan suplemen itu, terbersit niat sedekah karena ingin punya
anak, tapi terus saya tekan niat itu, jikapun ada mungkin kadarnya
lebih kecil dari pertimbangan karena saudara saya itu sangat
memerlukan bantuan. Saya teringat cerita bos saya tentang pengalaman
saudaranya yang melepas cincin kemudian diberi anak. Saya tiba-tiba
ingat mahar yang diberikan suami berupa perhiasan yang hampir tidak
pernah saya pakai sampai sekarang, akhirnya saya bujuk-bujuk suami
supaya mengijinkan saya menjual mahar itu dan kemudian uangnya
dibelikan suplemen untuk saudara saya yang sakit itu.
Suami sempat tidak
setuju, dan mengatakan jika memang ingin membantu saya bisa
menggunakan uang tabungan kami. Tapi saya tetap keukeuh, ingin
menjual mahar dengan dalih “saya ingin melatih diri kehilangan
sesuatu yang sangat saya cintai, dan merelakan bahwa apa yang kita
miliki hanya sekedar titipan dariNya, suatu saat pasti akan
diambilNya kembali”. Akhirnya suami saya mengijinkan, dan saya pun
dengan sangat berat hati harus kehilangan sesuatu yang pernah saya
miliki selama 3 tahun 3 hari usia pernikahan kami. InsyaAllah saya
ikhlas, jika memang itu jalannya saya harus kehilangan benda
tersebut.
Pulang ke Jakarta
setelah berlebaran, kami kembali menikmati hidup berdua, jalan-jalan,
makan-makan, nonton, enjoy the life, everyday is friday, everyday is
weekend!.
…And The Miracle
Signs Come
Sampai suatu saat,
kembali ke kantor, akhir September 2009, salah seorang bos saya
bilang…”Sedang isi lagi?”, hahaha….saya ketawa, “Aamiin,
pak!!”, dalam hati bingung, kok pake “lagi” ya?wong 1 aja
belum.
Kemudian 1 Oktober
2009, saat itu saya ke client dan bertemu dengan kenalan saya dari
kantor lain, dia bertanya apakah saya sedang hamil. WHAAAT???Emang
ada yang beda ya??Rasanya biasa-biasa saja, hehe…entahlah…
5 Oktober 2009, gak
tau sebabnya apa, suami tiba-tiba mengeluh gak enak badan, keleyengan
seperti melayang-layang, terus dia jadi susah makan(padahal biasanya
nggak,hehe),pusing, badan lemes, dan mual-mual. Hampir saja saya
antar ke dokter, sampai kemudian (sepertinya) kami tahu apa
penyebabnya, entah benar atau tidak, tapi dia yg mengalami morning
sickness.
9 Oktober 2009, saya
mengalami spotting(flek), saya pikir gejala pra-haid, selain itu saya
juga capek karena overtime di kantor. Saya cuekin saja meskipun
fleknya masih muncul sampai hari-hari berikutnya. Tapi tanggal 13
saya dapat kabar bahwa seorang teman keguguran, saya ingat dia
sebelumnya nge-flek terus. Karena khawatir ada apa-apa, akhirnya saya
lakukan test urine pada tanggal 14 Oktober pagi…dan
akhirnya…penantian panjang itu berakhir juga…alhamdulillah!!
Dan kini, episode
baru dalam hidup kami sudah dimulai. Amanat baru dalam kehidupan
kami, semoga kami bisa menjaga dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah
SWT melimpahkan kekuatan lahir batin kepada kami berdua untuk
mensyukuri amanah ini, denyut kehidupan baru dalam perut saya…the
miracle baby!!
Alhamdulillah!!!
Semoga kita semua
yang mendapatkan kepercayaan dariNya berupa harta, jabatan, keluarga,
suami/istri, anak, ilmu, dll,diberi kekuatan untuk selalu mensyukuri
dengan cara yang sebaik-baiknya, tidak menjadikan kita menjadi
sombong dan bangga yang berlebihan; karena tidak ada satupun yang
pantas kita sombongkan, semuanya hanya amanah dan ujian yang harus
membuat kualitas diri dan hidup kita menjadi lebih baik!!
Aamiin yaa rabbal
‘alamien!!
Sumber : http://littlebee.blogsome.com
Sumber : http://littlebee.blogsome.com
Labels:
kisah kisah
Tidak ada komentar: