Mobile Legends

[mobile%20legends][bsummary]

Clash Of Clans

[coc][grids]

Kisah dan Inspirasi

[kisah kisah][bleft]

Seven Knights

[sevenknights][grids]

Perjuanganku Mendapatkan Anak (3)


Back To Doctor
11 September 2008 hari pertama saya haid di bulan itu, kami kembali lagi ke dr Taufik, dokternya tetap ramah seperti waktu 4 bulan sebelumnya waktu kami pertama ketemu. Kami ceritakan bahwa kami ingin mencoba program hamil meskipun ada endometriosis, dan dokter dengan sabarnya membesarkan hati kami untuk membantu program hamil tanpa operasi laparaskopi terlebih dahulu.

Dokter Taufik sempat memberikan saran kepada kami untuk mengecilkan ukuran lesinya dengan suntikan hormon anti GnRH selama 3 bulan, yang bertujuan untuk mencegah lepasnya hormon kesuburan yang menjadi energi/makanan untuk endometriosis.

Dengan demikian, selama penyuntikan hormon tsb saya dibuat tdk subur dan tdk akan mengalami haid(seolah2 menopause). Efek dari penyuntikan hormon ini, akan terasa sampai 6 bulan dari mulai suntik, selain tidak akan datang haid, pasien juga akan mengalami gejala seperti menopause lainnya, misal: badan menjadi melar, jerawatan, emosi tidak stabil, dsb. Saat itu kami menyetujui untuk melakukan suntik anti GnRH, dan membuat perjanjian pada hari ke-3 haid.

Sepulang dari dokter saya iseng-iseng browsing mencari informasi tentang efek anti GnRH, saya jadi ketakutan dan berubah niat, selain itu entah kenapa dari dulu saya tidak pernah mau “membuang” kesempatan subur saya setiap bulannya.

Akhirnya meskipun agak takut2 saya telp dokter Taufik, mengatakan bahwa saya takut pada efek obatnya, dan membatalkan perjanjian kami untuk melakukan suntik,kemudian menyampaikan niat baru kami untuk mencoba program inseminasio dengan ‘mengandalkan’ indung telur sebelah kiri yang bersih. Alhamdulillah, dokter Taufik memang baik, beliau malah ketawa dan mengatakan memang seperti itulah efek dari obat tsb, dan menyetujui niat kami selanjutnya, yaitu melakukan inseminasio jika sel telur yang matang berasal dari sisi ovarium kiri.

Di hari ke-12, kami bertemu dokter Taufik lagi, saat itu sel telur ada 3 buah di sisi kanan, ukurannya normal, hanya saja lesi berukuran 2.27 cm x 3.15 cm menghadang jalan keluarnya.

Dr. Taufik saat itu memberikan opsi kepada kami untuk melakukan inseminasio(meskipun peluangnya 10%) atau hamil alami dengan mengharapkan keajaiban sel telurnya bisa melewati halangan. Akhirnya kami memilih alami saja. Keinginan segera memiliki momongan masih kalah dengan rasio dan keimanan. Kami yakin secara ilmu manusia, peluangnya sangat kecil,hanya keajaiban saja yang bisa membuat hamil.

Pilihan kami saat itu untuk tidak inseminasio, memang merupakan keputusan yang tepat, karena bulan berikutnya saya masih haid. Kemudian kembali lagi bertemu dengan dr.Taufik, untuk program hamil berikutnya. Dokter saat itu seperti biasa hanya mengecek ukuran endometriosis dan memberikan resep berupa vitamin yang menunjang kehamilan, seperti Elevit untuk mensuplai kebutuhan asam folat. Hari ke-12 haid di bulan Oktober 2008, harapan kami memuncak dengan diagnosa dokter yang menyatakan bahwa sel telur sudah lepas, tidak perlu lagi ada tindakan untuk memberi suntikan lepas sel telur yang harganya lumayan. Dokter juga tidak menganjurkan inseminasio karena peluang hamil cukup besar.



Begitulah, sekarang hikmahnya baru terasa bahwa selalu ada pertolongan dariNYA untuk menyelamatkan rezeki kami supaya dibelanjakan ke hal yang seharusnya, karena pada saat itu kami memang belum waktunya diberi amanah; terbukti dengan datang bulan lagi di bulan Nopember 2008.
Nopember sampai Desember 2008, kami “istirahat” dari ikhtiar, sama sekali tidak ke dokter maupun terapi alternatif. (Sebelumnya dari bulan Agustus sampai September 2008 selain ke dokter saya juga menjalani terapi pijat refleksi)

Saat itu kami berpikir, sapa tahu si kecil datang pada saat kami istirahat dan pasrah. Karena kata orang biasanya si kecil datang di saat calon ortunya tidak terlalu mengusahakannya.

Tapi tunggu punya tunggu sampai tahun berganti, si kecil belum datang juga.Awal tahun 2009, saya telpon dr.Taufik, menanyakan saran beliau mengenai tes alergi sperma. Seperti biasa, dr.Taufik selalu memberi semangat dan tidak melarang kami untuk melakukan ikhtiar tersebut, beliau merekomendasikan RSB.YPK untuk kami lakukan uji antibodi anti sperma.

Immunology Therapy
Januari 2009, setelah konsultasi dengan dr. Taufik, selanjutnya kami lakukan ikhtiar tes imunologi di RSB YPK. 

................(bersambung)

Tidak ada komentar:

Motor

[motor][twocolumns]